TEKS MUSIKALISASI PUISI
AKU PEMUDA MASA KINI
Yhoeldy
Berpacu teguh ku perbaiki diri
Berlomba melawan nafsu yang membui
Disini aku berdiri
Aku...pemuda masa kini
Aku bukan perusak Negeri
Aki bukan pematah mimpi
Yang hanya berdiam diri
Saat negeri ini terdzolimi
Dengan segenap kemampuan diri
Akan kugali segala potensi
Aku tidak mengenal gengsi
Tapi aku punya harga diri
Aku adalh pemuda masa kini
Walauku berdiri sendiri
Tak menyurutkan semangat di hati
Aku adalah pemuda masa kini
Sang pewaris negeri
Sang pejuang mimpi
KIDS ZAMAN NOW
Andi
Kids zaman now,
Tingkahmu membuat kami melongo,
Bukan karena hebatmu,
Hanya saja karena sikapmu yang aneh.
Kids zaman now,
Usiamu memang belia,
Tapi tingkahmu melampaui dewasa.
Kids zaman now,
Lipstik dan bedak tak pernah tipis,
Coretan melengkung menutupi alis,
Untuk menarik hati yang berkumis.
Kids zaman now,
Selalu eksis di hadapan kamera,
Gaya yang tak ada dua,
Namun prestasi yang masih tanda tanya.
Kids zaman now,
Peka teknologi masa kini,
Bukan untuk mengembangkan potensi,
Sayang untuk menutupi gengsi.
Kids Zaman now,
Gaya boleh numero uno,
Kelakuan yang masih kuno,
karena labil tingkahnya jadi sembrono.
Kids zaman now,
Usahlah kau meniru yang disana,
Yang pantaslah dalam berbusana,
karena aurat bukan untuk pemuas dahaga.
Kids zaman now,
Tak ada salah jika ingin tampil beda,
Itu hak setiap bangsa,
Yang sopan dalam bergaya,
Agar tak ada buaya yang membuat noda.
JERITAN RAKYAT JELATA
Choirul Mutaqin
Terdiam dalam lingkup bumi penuh dengan keindahan dunia
Negeri makmur dan penuh dengan canda tawa masyarakat kecil di pedesaan.
Bergotong royong menuju kesatuan untuk mencapai persaudaraan.
Suara mahasiswa dalam teriakan negeri, dengan lantang saat negara revormasi berdiri.
Bumi nan hijau kini mulai terkikis sedikit- demi sedikit.
Pohon yang rindang nan keindaan lautan perlahan di ekploitasi besar-besaran.
Oh Tuhan ini kah negeriku kini? menangis dalam sebuah harapan.
Rakyat yang makmur mulai terusik dengan kebohongan dunia.
Tiada lagi rasa saling memiliki yang ada saling menjatuhkan sesama.
Akankah hancur negeri ini tuhan?
Perlahan kaki ini melangkah dan tak tahu arah.
Waktu terus berjalan, kami menjerit meminta keadilan tapi tiada jawaban
Merintih dalam kegelapan dan kesunyian.
Negeriku nan subur, negeriku nan makmur kini hanya penuh kepalsuan.
Suara tak terdengar lagi oleh teriakan pemuda-pemudi negeri ini.
Kemana merekah, akan kah mereka hanya diam?
Kami hanyalah rakyat kecil, yang tak punya suara atau pun jalan untuk kami berkata.
Tak apa kami kelaparan,
Tak apa kami hidup dalam kemiskinan ataupun kesengsaraan.
Tapi tolong engkau fikirkan. Hai penerus negeri ini, bukalah matamu kami bukan lah hewan
Kami ini rakyatmu, rakyat yang telah memilihmu.
Syair kecil kami berikan untukmu wahai negeriku.
Negeri yang tercinta dengan darah dan perjuangan yang tiada habisnya.
Tolong engkau jaga wahai Sang Garuda.
Agar tiada lagi derita untuk anak cucu kita.
ZAMAN TERKUTUK (I)
Em Yasin Arief
Aku terseret-seret zaman millennial Telpon pintarku tiada henti merantai tangan Hangat kebersamaan mendadak sunyi Ramai-ramai kita menunduk pada layar Gelombang kata-kata tanpa makna membludak dari mulut cuma-cuma Pendapat berhamburan tanpa nalar Budaya tak menghidupkan jiwa Anak muda mengkritik tanpa membaca Guru berteori tanpa menginjak bumi Tren menjadi konsumsi sehari-hari Arus menggerus akar tradisi Hidup tak berguna tak apa asal kaya Kekayaan maha segala-galanya Kekayaan menjadi puncak cita-cita Kekayaan harkat dan martabat manusia Artis jadi duta kebudayaan asing di negerinya sendiri Rambut pirang, tas mahal, mobil mewah identitasnya Pejabat sibuk rebutan proyek, mengembalikan tebalnya kantong pasca kampanye pemilihan Memantau apa saja yang bisa dirupiahkan Ulama yang seharusnya mengajarkan kesederhanaan justru mengajarkan keanehan-keanehan Aku generasi millennial yang kacau balau Kucari seniman yang ada adalah pelacur kebudayaan Kucari pemimpin yang ada adalah preman Kucari aagamawan yang ada adalah tuan Aku larut dan tenggelam O Tak bisa kupecahkan ombak Tak bisa kuusir bayangku sendiri Dalam diam aku pun berbuat curang
ZAMAN TERKUTUK (II)
Em Yasin Arief
Kemana kau akan lari? Alam sudah gelap gulita Matamu ditutup Telingamu disumbat Mulutmu dibungkam Tanganmu dibelenggu Kakimu dipasung Otakmu disandera dalam tabung Kau generasi yang hidup dalam perut zaman terkutuk
Kau tak akan sempat bertanya Mengapa manusia hidup mengejar-ngejar benda mati. Mengapa manusia hidup menakar manusia dari benda mati. Mengapa manusia hidup rela mati untuk benda mati. Mengapa alat penindasan disebut negara Mengapa markas perampok disebut bank. Mengapa pabrik kebodohan disebut sekolah. Mengapa tempat penyembelihan Tuhan disebut rumah ibadah. Mengapa siasat penjajahan disebut Globalisme Mengapa strategi perbudakan disebut Humanisme Mengapa penghancuran kebudayaan disebut Modernisme Mengapa berita keluar dari mulut para pendusta. Mengapa kekuasaan selalu jatuh pada gerombolan srigala. Mengapa pelacur dipuja-puja anak muda. Mengapa kelompok mengaku sebagai agama. Mengapa pendapat mengukuhkan sebagai kebenaran. Mengapa semua kepalsuan bertopeng kesejatian. Mengapa semua hanya bisa diam.